ANTARA
KEKASIH DAN PUJAAN HATI
oleh: Khurrotul Insyiah
Siang yang begitu terang, awan-awan pun tersapu. Panasnya dunia yang tak
menghalangi semangat Dewi untuk pergi ke taman menemui pujaan hatinya. Dewi
yang sudah siap untuk menemui kekasihnya menyusuri jalan kota yang amat panas
karena tak ada pepohonan disekitarnya. Tak dihiraukan olehnya sengatan matahari
siang itu. Ia sengaja menemui kekasihnya yang datang menemuinya setiap sebulan
sekali. Dengan wajah bahagia, Dewi sangat tak sabar ingin segera sampai bertemu
dengan pujaan hatinya. Dua puluh lima menit kemudian Dewi telah sampai di
taman, ia buka ponselnya dilihat ada satu pesan singkat masuk ponselnya. “ adek sayank, abang telah sampai. Sekarag abang
duduk sebelah timur tepat di bawah pohon beringin”. Mendengar motor Dewi
berhenti, pacar Dewi membalikkan badannya. Dewi memarkir sepeda dan menghampiri
kekasihnya yang amat ia rindukan. “abang
Roni,,,” panggil Dewi . “iyya dek
Dewi” jawab abang Roni. Dewi mencium tangan keksihnya, dan mereka duduk
berdua di taman. Setelah satu jam mereka mengobrol mereka pergi meninggalkan
taman dan berniat jalan-jalan mencari makan. Setelah kenyang makan, hari sudah
sore Dewi harus segera pulang takut diomelin orang tuanya. “bang, Dewi harus segera pulang takut dimarahain
ibu” ucap Dewi. “tapi abang masih
kangen sama kamu, apa kamu ndak kangen sama abang? Tanya abang Roni. “sebenarnya masih kangen banget bang, tapi
abang kesininya siang, jadi kita hanya punya sedikit waktu, coba sejak pagi
bang” ringik Dewi. “pulang ntar habis
maghrib ya, bener dek abang masih rindu sekali padamu” ucap abang Roni
merayu. Dewi diam sejenak, dalam hati dia masih pengen bersama kekasihnya, tapi
dia takut dimarahin ibunya kalau telat pulang. Akhirnya Dewi memutuskan untuk
tetap bersama kekasihnya hingga maghrib tiba.
Sehabis maghrib seperti perjanjian, Dewi pamit pulang pada kekasihnya.
Dengan berat hati Dewi meinggalkan kekasihnya. Dewi pulang dengan banyak berdoa
dan mencar-cari alasan. Dia bingung harus membuat alasan apa agar ibunya tidak
marah. Sesampai di rumah ibu Dewi sudah di depan rumah. Dewi langsung mencium
tangan ibunya dan mencoba meyakinkan ibunya karena keterlambatan pulangnya.
Dengan wajah memelas dia ungkapkan alasannya. Ibunya pun percaya begitu saja
dengannya.
Keesokan harinya, ia mendapat sms dari abang Roni seperti biasa bang Roni
telah mentransfer uang di rekeningnya. Dewi bahagia sekali dengan kabar
tersebut. Dia merasa bangga punya pacar yang sangat baik. Tanpa Dewi meminta ia
pasti peduli dan menuruti semua keinginan Dewi. Uang yang dikirim pacarnya, ia
simpan untuk kebutuhan mendadak. Dewi bersemangat pergi ke kampus, karena
merasa habis kejatuhan durian. Dia akan menggunakan uang itu untuk membeli
buku-buku yang dibutuhkan di semester 6 ini. “ Wiiii”.teriak Devi dari arah belakang. “ hai centil, apa kabar?” Tanya Dewi. “uch dasar yang habis ketemu pacar, gak pernah ajak-ajak, kenalin kek?”
ucap Devi agak kesal karena sudah setahun lebih Dewi pacaran sama bang Roni,
tapi tak pernah ia kenalkan pada Devi sahabatnya.
Dewi memang merahasiakan identitas bang Roni dibelakang sahabatnya. Dewi
tk ingin teman-temannya tahu jika ang Roni adalah seorang duda yang mempunyai
satu anak. Entah apa yang ia suka dari bang Roni. Selama ini Dewi mencintai
bang Roni karena bang Roni sangat baik dan sayang padanya. Dewi kenal dengan
bang Roni lewat facebook, dari situ
Dewi bertemu langsung dan mereka jadian setelah bertemu dua kali. Dewi tidak
pernah memandang status bang Roni yang menduda. Dia hanya mencintai bang Roni
apa adanya, karena kebaikannya dan karena sayangnya sama Dewi sehingga rela
mendatangi Dewi setiap bulan. Dewi pun sangat yakin bahwa bang Roni adalah
jodohnya, dia akan menerima bang Roni dengan segala kekurangannya, ia pun akan
menerima anaknya dan menyayangi anaknya seperti anaknya sendiri.
Suatu ketika, ibu Dewi menceritakan kepada Dewi tentang sosok lelaki yang
sudah sukses di usia muda, ibu Dewi berharap Dewi dapat tertarik padanya.
Karena sudah mapan, masih muda dan juga ganteng ibu Dewi berfikir Dewi pasti
akan suka pada lelaki itu. “ ndak bu, aku
masih ingin kuliah dulu. Masalah lelaki itu ntar, aku nggak mau mikirin dulu.”
Jawab Dewi setelah mendengar tawaran ibunya. “Wi, bukannya kamu sudah semester 6 satu semester lagi kan kamu lulus.”
Ucap ibu Dewi. “trus kalau sebentar lagi aku
lulus, kenapa bu?” Tanya Dewi gelisah. Ibu Dewi mencoba merayu anaknya itu,
agar mau menerima lelaki yang diinginkannya. Dengan tegas akhirnya Dewi membuka
mulut dan berkata kepada ibunya “ bu,
Dewi sudah punya pacar jadi ibu tidak usah susah-susah mencarikan Dewi calon
suami, ok” “ kalau kamu punya pacar, mana? Nggak pernah kamu kenalin pada ibu.
Bahkan lewat telefon saja nggak pernah” ibu Dewi memojokkan anaknya. “bu, ntar ibu akan Dewi kenalkan dan ibu
pasti akan setuju. Dia itu sudah mapan bu, dia juga baik dan sayank sama Dewi.
Ibu percaya deh sama Dewi” Dewi mencoba merayu ibunya agar tidak memaksanya
dengan lelaki pilihan ibunya.
Suatu hari, pagi-pagi ibu Dewi menghampirinya dan berkata “ ya udah Wi, jika memang kamu sudah punya
pacar dan lebih memilih pacarmu terserah kamu, tapi dengan satu syarat kamu
harus memperkenalkan pacarmu pada ibu” dewi pun bahagia mendengar ucapan
ibunya dan mengiyakan syarat ibunya tadi. “
hallo abang Roni, bang Roni kapan bisa kesini lagi?” Tanya Dewi lewat
telefon. “dek, abang kan baru kemarin
kesana, masak abang harus kesana lagi?” jawab bang Roni. “ iyya bang, Dewi tahu. Bang, Dewi mau
dijodohkan sama ibu” ucap Dewi. “ trus
kamu mau?” Tanya bang Roni. “nggak
bang, aku bilang sama ibu kalau aku sudah punya pacar yaitu bang Roni. “
jelas Dewi. “lalu, ibu kamu gimana?”
Tanya bang Roni. Dewi menjawab dengan panjang lebar “ awalnya ibu tidak mau kalau aku menolak perjodohan ini, ibu pun tidak
percaya dengan hubungan kita ini bang, karena aku belum pernah memperkenalkan
bang Roni ke ibu dan ayah. Tapi nggak tau kenapa, tiba-tiba ibu membatalkan
perjodohan ini dan semua terserah padaku, tapi dengan satu syarat aku harus
memperkenalkan abang ke ibu dan ayah” bang Roni tertawa terbahak-bahak.
Dewi yang mendengar tawa bang Rono merasa kesal ia pun langsung nyolot “ kok diketawain sih? Nggak lucu tau.”
Seketika Dewi mematikan ponselnya, dia sangat kesal dengan kekasihnya yang
sudah menertawakannya.
Bang Roni mngirim pesan pada Dewi, “ adik
Dewi sayang, abang siap berkenalan dengan keluarga adek, tapi mohon maaf untuk
bulan-bulan ini nggak bisa sayankk,, karena abang akan dikirim ke luar negeri
sekitar 5 atau 6 bulan, nanti setelah tugas selesai abang akan pulang dan main
ke rumah adek.” Dewi pun langsung membalas sms dari bang Roni “ lalu
aku bagaimana? Dalam kurun waktu 5 atau 6 bulan abang nggak akan berkunjung,
kalau aku pengen apa-apa?” Dewi sangatlah manja pada bang Roni, bang Roni
pun saking sayaagnya dengan Dewi ia rela memberikan semuanya pada Dewi asal
Dewi bisa tersenyum bahagia. Bang Roni mengirim pesan pada Dewi “ adik nggak usah khawatir, seperti biasa
abang akan mengirim uang jajan adek, ya udah dek abang harus siap-siap besok
abang akan berangkat, abang sayaannnkk banget sama adek Dewi.” Dewi merasa
lega membaca sms bang Roni, setelah itu Dewi langsung menjawab “ iyya bang Roniku tersayang, I love you”
begitu Dewi mengakhiri smsnya.
Tiga bulan telah berjalan, Dewi menginjak semester 7. Dia akan mengikuti
skripsi untuk menentukan kelulusannya. Sementara ibu Dewi menanyakan padanya kapan
pacarnya akan dikenalkan pada ibunya. “ ya
ampun bu, Dewi masih konsentrasi dengan belajar Dewi. Dewi kan ujian bu, jadi
Dewi nggak pengen bahas itu dulu. Ok bu?” jawab Dewi ngeles. “Tapi kamu nggak bohongin ibu kan Wi? Semua
itu bukan akal-akalan kamu kan untuk menolak perjodohan ini? Tanya ibu
Dewi. “ nggak bu, Dewi beneran ini.”
Dewi nyolot karena dianggap ibunya telah berbohong.
Setelah Dewi selesai skripsi ia langsung mengirim sms pada kekasihnya
bang Roni. “ abang sayank, maksih ya
doanya dan juga dukungannya. Adek telah lulus ujian, dan bentar lagi adek akan
di wisuda. Abang akan datang kan pada wisuda adek nanti? Love you bang” sms
Dewi meluncur ke abang Roni. Tapi sayang Dewi tak langsung mendapat jawaban
dari smsnya. Dewi tidak merasa sedih, dia sadar bahwa bang Roni sedang kerja,
tapi Dewi sudah sangat lega sekali setelah dinyatakan lulus ujian. Setelah
merasa penat, suntuk dan sedikit strees karena harus menyiapkan ujiannya, Dewi
merasa ingin refreshing. Ia mengajak
Devi untuk jalan-jalan dan shopping.
Devi pun menerima ajakan Dewi,, karena ia pun merasakan apa yang dirasakan
Dewi. Ketika mereka jalan-jalan dilihatnya sedang banyak diskon, betapa
bahagianya mereka dengan banyaknya diskon. Mereka membeli banyak barang yang
mereka suka, Dewi dan Devi telah belanja banyak, hingga mereka sangat kuwalahan
membawa barang belanjaannya. Mereka pun mengakhiri jalan-jalannya dengan makan.
Karena kelelahan berbelanja, mereka kelaparan hingga porsi makan mereka
bertambah tidak seperti biasanya.
Usai makan, mereka berniat ke ATM mengambil uang untuk ongkos pulang.
Ketika Dewi membuka ATMnya dia sangat kaget, ternyata uangnya tersisa
hanya 37000. “ Dev, sini deh ya ampun aku nggak ngrasa uangku tinggal segini doank?
“ ucap Dewi. Devi jadi ikut panik jangan-jangan uangnya juga tipis. Ia langsung
membuka ATMnya dan ternyata benar uang Devi alah tinggal 23000. “ gimana ini Dev? Kita mau pulang tapi uang
kita tipis banget, coba aku tadi bawa motor? Tanya Dewi memelas. “ ya udah kita naik angkot saja ya, dari pada
jalan kaki” ajak Devi.
Akhirnya mereka mencari angkot untuk pulang. Tak lama kemudian, mereka
mendapat angkot. “ Dev, ntar aku titip
barang-barangku yah,, ku takut dimarahin ibu!” Pinta Dewi. “ duh Wi, mending jangan titip aku deh, karena barangku aja udah banyak
nih” jawab Devi. Dewi kebingungan harus nitip pada siapa barang-barangnya.
Tak sengaja Dewi melihat beberapa tas kresek ada dalam angkot. Tanpa ragu-ragu ia
tanyakan pada sopir angkot “ bang, ini
belanjaan siapa ketinggalan banyak banget lho bang?” “ owh itu neng, itu
belanjaan orang, kebetulan beliau tadi tergesa-gesa jadi nggak sempet diambil”
jawab sopir angkot. “ apa nggak takut
hilang bang?” Tanya Devi. “insyaallah
nggak mbak, karena sering kok yang titip barang ke angkot saya.” Jawab
sopir angkot. Seketika Dewi menyahut “ kalau gitu aku titip ya bang, besok aku
ambil deh” Devi langsung mencubit paha Dewi dan mengtakan kalau Dewi tak boleh
asal titip barang apalagi nggak kenal orangnya. Karena Dewi sudah nggak punya
pilihan lain, ia masih bersih keras menitipkan barang-barangnya. Dan Dewi
meminta nomor telefon sopir angkot agar besok mudah mencarinya.
Devi dan Dewi pun pulang ke rumah masing-masing. Dewi tak membawa semua
barang-barangnya karena telah dititipkan sopir angkot. Malam harinya Dewi
mengirim sms ke sopir angkot “ bang,
besok abang sms aku ya nongkrong dimana angkotnya”. Sms Dewi tak dibalas
oleh sopir angkot, menjadikan Dewi khawatir kalau sopir angkot tadi akan
membohonginya.
Pagi harinya Dewi membuka ponselnya, ada sms dari tukang angkot. “ pagi mbak, mohon maaf hari saya tidak narik
karena sedang sakit. Barang-barang mbak masih di rumah, tapi kalau mbak minta
di anterin sekarang, mohon maaf saya nggak bisa mbak”. Dewi pun menjawab sms itu “ok, kirim alamatmu aku kesana”. Dewi pergi ke rumah sopir angkot
dengan mengendarai motornya. Sesampainya di kampung sopir angkot, Dewi
mencocokkan alamat yang dikirim sopir angkot. Dewi menghampiri rumah yang
terlihat sangat sederhana, tapi terlihat rapi dan bersih. Dewi mengetuk pintu,
dua kali ia ketuk pintu terlihat lelaki keluar dari pintu. “ maaf, saya kesini mencari sopir angkot katanya rumahnya disini.”
Ucap Dewi, lelaki itu mempersilahkan masuk. Dewi dipersilahkan duduk, dan tak
lama kemudian keluar seorang ibu yang membawa secangkir teh untuknya. “ silahkan nak, kamu temannya Haris ya?
Tanya ibu itu. “ dia bukan temanku bu,
dia kemarin naik angkotku dan barang-barangnya ketinggalan” sahut lelaki yang
keluar dari dalam dan ternyata ia adalah sopir angkot. Betapa kagetnya Dewi
mengetahui bahwa lelaki manis yang mempersilahkannya masuk tadi adalah sopir
angkot yang ia naiki kemarin. Dewi melihat sopir angkot yang manis itu,
terlihat dia sangat sopan, berjalan di depan ibunya dia merundukkan badannya.
Ibunya pun sangat ramah, juga sopan. Dewi terlalu lama memandang sopir angkot
itu, hingga dia tidak sadar ketika sopir angkot itu mengajak dia berbicara. Dia
baru tersadar ketika ponsel lelaki itu berbunyi. “ ada apa mbak?” Tanya lelaki itu. “tidak apa-apa, kamu beneran sopir angkot yang kemarin?” Tanya Dewi
penasaran. Dengan senyumnya yang manis dia menjawab “ iyya mbak, masak sudah lupa?’’ tiba-tiba Dewi mengajaknya
berjabat tangan, “ aku Dewi, nama kmau
siapa? Tanya Dewi. Sopir angkot itu bernama Haris. Setelah mengobrol agak
lama, akhirnya Dewi minta iizin pulang.
Semenjak Dewi ke rumah sopir angkot itu, Dewi sering kepikiran wajah
manisnya. Ia sering menghubungi sopir angkot itu. hingga suatu hari Dewi nekat
mengajak sopir angkot itu ketemuan. Tapi sopir itu menolak jika bertemu di
luar, ia meminta izin untuk main ke rumah Dewi. Dewi pun mengiyakan sopir itu
main ke rumahnya. Hari dan jam telah ditentukan, besok sore sopir angkot itu
akan main ke rumah Dewi.
Dewi seperti tidak sabar menunggu kedatangan sopir angkot itu, dia sangat
deg-degan dengan datangnya sopir angkot. Dia merasa tidak tenang seperti sedang
menunggu kedatangan orang dicintanya. Bel rumah Dewi berbunyi, ibu Dewi membuka
dan mempersilahkan masuk. Dewi langsung keluar dan menemui tamunya. “ hai Haris, aku kira kamu nggak jadi kesini?
Tanya Dewi basa basi. Haris hanya tersenyum, lagi-lagi senyumnya sangat manis.
Ayah Dewi keluar ingin tahu siap yang main ke rumahnya. Melihat ayah Dewi, Haris
langsung menghampiri dan menyalami ayah Dewi. Ayah dan ibu Dewi mengajak Haris
ngobrol-ngobrol hingga tak terasa adzan maghrib berkumandang. “ maaf pak, bu sudah maghrib lebih baik saya
pulang” pinta Haris. “waduh,
maghrib-maghrib kok pulang” jawab ayah Dewi. Akhirnya Haris tak jadi
pulang, ia diajak ayah Dewi berjamaah di musholla dekat rumahnya.
Selesai sholat berjamaah ibu Dewi mengajak Haris makan malam. Haris tidak
bisa menolak, dengan malu-malu dia menerima ajakan ibu Dewi untuk makan malam.
Haris meminta pamit dan pulang ke rumahnya. Dewi pun membantu ibunya merapikan
meja makan. Semenjak Haris meninggalkan rumahnya, Dewi merasa bahagia akan
kedatangannya. Entah apa yang tengah Dewi rasakan, entah apa yang membuat rasa
yang dialami Dewi ini datang. Dewi tidak bisa tidur malam ini, karena
terbayang-bayang akan Haris. Hingga Dewi melupakan bang Roni yang tak pernah ia
hiraukan beberapa hari setelah bertemu Haris.
Hubungan Haris dan Dewi berlanjut baik, Haris sering main ke rumah Dewi
dan orang tua Dewi memperlakukannya dengan sangat baik. Begitu juga Dewi yang
sering main ke rumah Haris, hingga kedektan Dewi dan ibu Haris sangat erat.
Suatu hari Haris diam-diam mengunjungi rumah Dewi tanpa sepengetahuan Dewi,
ketika itu Dewi sedang tidak di rumah. Kedatangan Haris disambut oleh orang tua
Dewi, dan Haris pun jadi lebih berani untuk mengungkapkan kedatangannya yang
ingin meminang Dewi. Betapa bahagianya orang tua Dewi, tapi orang tua Dewi
menjelaskan kepada Haris tidak bisa langsung memberi jawaban, mereka harus menanyakan
pada Dewi karena mereka tidak ingin memaksakan anaknya. Haris menerima jawaban
orangtua Dewi dengan senyum manisnya, hingga akhirnya ia meminta izin pulang.
Ketika Dewi sudah di rumah, ibu dan ayahnya memberi tahukan kepadanya bahwa
Haris telah meminangnya. Dewi sangat kaget dan merasa tidak percaya akan semua
itu. dewi belum menjawab pertanyaan orang tuanya, ia langsung masuk kamar. Ia
merasa sangat bahagia dengan semua ini, tiba-tiba ponselnya berbunyi. “ adik, kok nggak pernah ada kabar? Sudah
melupakan abang yahh??” sms dari abang Roni. Aku baru menyadari, aku sudah
punya abang Roni. Tapi, aku sangat bahagia dengan Haris yang bukan
siapa-siapaku. Yang baru aku kenal dan sudah berani mengutarakan keinginannya
meminangku ke orang tuaku. Orang tuaku pun sangat suka dengan Haris, orang
tuaku tidak pernah tau tentang bang Roni. Aku sangat bingung malam ini, aku
punya pacar tapi aku suka orang lain. “ Wi,
ibu boleh masuk nggak? Tiba-tiba ibu membuyarkan lamunanku. “Wi, gimana kamu menerima Haris atau tidak,
ibu dan ayah senang Haris akhirnya meminangmu, tapi ayah dan ibu tidak bisa
memaksakan semua ini, kami serahkan semua pada mu karena kamu yang akan
menjalaninya.” Aku pun menceritakan semua kegundahan hatiku pada ibu, aku
ceritakan semua tentang bang Roni, aku pun menceritakan semua isi hatiku kepada
Haris. Aku menangis di pangkuan ibu, karena posisiku yang sangat membingungkan.
Akhirnya, ibu memutuskan untuk aku mengakhiri hubunganku dengan bang Roni dan
disuruh memilih Haris. “ nak, kesuksesan,
harta sangat mudah dicari. Tapi cinta sejati susah untuk dicari, bang Roni
pacar kamu yang kaya itu hingga sekarang belum juga memberikan sinyal-sinyal
keseriusannya padamu kan? Dewi memtong pembicaraan ibunya, “ tapi dia sudah mengeluarkan banyak uang
untukku bu” “uang tak menjamin
keseriusan seseorang, lihat Haris dia memang sopir angkot, tapi kewibawaannya
sangat tampak darinya, dia sopan, baik dan dia juga sangat jujur. Ibu memang
masih baru mengenalinya, tapi ibu dan ayah bisa membaca sikapnya ketika kesini.
Percayalah pada kami, Haris sangat mencintaimu.” “tapi dia tak pernah bilang padaku bahwa ia suka padaku bu?” Tegas
Dewi. “itulah bedanya Haris dengan
laki-laki lain, dia lebih memilih untuk mendekatimu lewat keluargamu, dia pun
mengungkapkan cintanya langsung pada kami, orangtuamu. Baiklah, kamu
pikir-pikir dulu, kamu sudah dewasa pasti bisa memilih mana yang terbaik
untukmu. Ibu Dewi meninggalkannya sendiri untuk berfikir matang-matang”.
Dewi benar-benar tidak bisa tidur, dia pikirkan matang-matang pilihan
yang ada dihadapannya. Keesokan harinya dia memutuskan hubungannya dengan bang
Roni tanpa memikirkan kemarahan besar yang akan dilakukan bang Roni. Bang Roni
sangat marah dengan keputusan Dewi, dia memaki-maki Dewi sebagai penghianat, ingkar
janji dan julukan-julukan jelek ditimpalkan ke Dewi. Dewi tak menghiraukan bang
Roni, dan Dewi mengutarakan pada orang tuanya bahwa dia mau menerima Haris.
Orang tua Dewi sangat bahagia dan menyuruh Haris dan orang tuanya datang
melamar Dewi. Pada acara lamaran, telah ditentukan pernikahan Dewi dan Haris
akan dilaksanakan 3 bulan lagi.
Tiga bulan dilalui Dewi dengan sabar dan tabah karena teroran bang Roni
padanya. Dewi menikah dengan Haris lelaki yang baru ia kenal dan bukan pacar
atau siapa-siapanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar