TEKS KO-TEKS DAN KONTEKS
A. TEKS
Banyak orang mempertukarkan istilah teks istilah teks lebih dekat
pemaknaannya dengan
bahasa tulis, dan wacana pada bahasa lisan (DedeOetomo, 1993:4 ) dalam repository.upi.edu/1940/8/T_BIND_1104485_chapter5.pdf Dalam tradisi tulis, teks bersifat monolog
noninteraksi, danwacana lisan bersifat dialog interaksi. Dalam konteks ini,
teks dapat disamakandengan naskah, yaitu semacam bahan tulisan yang berisi
materi tertentu, seperti naskah materi kuliah, pidato, atau lainnya. Teks
adalah esensi wujud bahasa. Dengan kata lain, teksdirealisasi (diucapkan) dalam
bentuk wacana. Mengenai hal ini Van Dyk dalam repository.upi.edu/1940/8/T_BIND_1104485_chapter5.pdf
mengatakan bahwa teks lebih bersifat konseptual. Dari sinilah kemudian
berkembang pemahaman mengenai teks lisan dan teks tulis.
Sedangkan teks
dalam http://ratihadelesari.blogspot.com/2012/11 adalah bahasa
yang berfungsi, maksudnya adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu
(menyampaikan pesan atau informasi) dalam konteks situasi, berlainan dengan
kata-kata atau kalimat-kalimat lepas yang mungkin dituliskan di papan tulis.
Bentuknya bisa percakapan dan tulisan (bentuk-bentuk yang kita gunakan untuk
menyatakan apa saja yang kita pikirkan). Hal penting mengenai sifat teks ialah
bahwa meskipun teks itu bila kita tuliskan tampak seakan-akan terdiri dari
kata-kata dan kalimat, namun sesungguhnya terdiri dari makna-makna. Memang
makna-makna atau maksud yang ingin kita sampaikan kepada orang lain haruslah
dikodekan dalam tuturan lisan atau kalimat-kalimat supaya dapat
dikomunikasikan.
Teks merupakan
produk, dalam arti bahwa teks itu merupakan keluaran (output) ; sesuatu yang
dapat direkam atau dipelajari (berwujud). Teks juga merupakan proses, dalam
arti merupakan proses pemilihan makna yang terus-menerus, maksudnya ketika kita
menerima atau memberi informasi dalam bentuk teks (lisan atau tulis) maka
tentunya di dalam otak kita terjadi proses pemahaman (pemilihan makna) terhadap
informasi tersebut, jangan sampai terjadi kesalahpahaman. Adapun kriteria teks
dalam http://pingdung.blogspot.com/2012/11
sebagai berikut.
1.
Kohesi:
kesatuan makna
2.
Koherensi:
kepaduan kalimat (keterkaitan antarkalimat)
3.
Kriteria
yang bersifat eksternal teks:
Ø Intertekstualitas: setiap teks saling berkaitan secara sinkronis atau
diakronis.
Ø Intensionalitas: cara-cara atau usaha-usaha untuk menyampaikan maksud atau
pesan pembicaraan melalui sikap bicara, intonasi, dan ekspresi wajah.
Intensionalitas berkaitan dengan akseptabilitas (penerimaan informasi).
Ø Informativitas: kuantitas dan kualitas informasi.
Ø Situasionalitas: situasi tuturan.
B. KO-TEKS
Ko-teks menurut
(Cooks, 1994) dalam http://hasanbusri.blogspot.com/2010/01 adalah hubungan antar
wacana yang merupakan lingkungan kebahasaan yang melingkupi suatu wacana.
Dengan begitu makna ujaran ditentukan oleh teks sebelum dan sesudahnya. Ko-teks
ini dapat berwujud ujaran, paragraf, atau wacana. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa ko-teks adalah konteks yang bersifat fisik, yakni konteks lingkungan.
Koteks suatu kata adalah kata-kata lain yang digunakan di dalam frasa atau
kalimat yang sama. Koteks mempunyai pengaruh yang kuat dalam penafsiran makna.
Mey (1993) dalam http://hasanbusri.blogspot.com/2010/01 mendefinisikan ko-teks sebagai sebuah kalimat (tunggal ataupun ganda) yang merupakan bagian dari teks yang (kurang lebih secara langsung) mengelilinginya.
Mey (1993) dalam http://hasanbusri.blogspot.com/2010/01 mendefinisikan ko-teks sebagai sebuah kalimat (tunggal ataupun ganda) yang merupakan bagian dari teks yang (kurang lebih secara langsung) mengelilinginya.
Dari penjelasan
diatas dapat disimpulkan bahwa ko-teks Adalah teks yang bersifat sejajar, koordinatif,
dan memiliki hubungan dengan teks lainnya, teks satu memiliki hubungan dengan
teks lainnya. Teks lain tersebut bisa
berada di depan (mendahului) atau di belakang (mengiringi).Keberadaan koteks
dalam suatu struktur wacana menunjukkan bahwa teks tersebut memiliki struktur
yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Gejala inilah yangmenyebabkan
suatu wacana menjadi utuh dan lengkap. Dengan demikian, koteks berfungsi
sebagai alat bentu memahami dan menganalisis wacana. Koteks adalah teks yang
berhubungan dengan sebuah teks yang lain. Koteks dapat pula berupa unsur teks
dalam sebuah teks. Wujud koteks bermacam-macam, dapat berupa kalimat, atau
paragraf. Koteks disebut juga sebagai konteks lingusitik.
C. KONTEKS
Konteks adalah sesuatu yang menyertai atau yang
bersama teks. Dalam http://ratihadelesari.blogspot.com/2012/11
mengemukakan secara garis besar, konteks
wacana dibedakan atas dua kategori, yakni konteks linguistik dan konteks
ekstralinguistik. Konteks linguistik adalah konteks yang berupa unsur-unsur
bahasa. Konteks linguistik itu mencakup penyebutan kata depan, kata sifat, kata
kerja, kata kerja bantu, dan proposisi positif. Konteks ekstralinguistik adalah
konteks yang bukan berupa unsur-unsur bahasa. Konteks ekstralinguistik itu
mencakup praanggapan, partisipan, topik atau kerangka topik, latar, saluran,
dan kode. Partisipan adalah pelaku atau orang yang berpartisipasi dalam
peristiwa komunikasi berbahasa. Partisipan mencakup penutur, mitra tutur. dan
pendengar. Latar adalah tempat dan waktu serta peristiwa beradanya komunikasi.
Saluran adalah ragam bahasa dan sarana yang digunakan dalam penggunaan wacana.
Kode adalah bahasa atau dialek yang digunakan dalam wacana. Halliday dan Hasan
(1992: 14) dalam http://ratihadelesari.blogspot.com/2012/11 menandai
konteks bahasa / koteks itu sebagai konteks internal wacana (internal discourse
context) sedangkan segala sesuatu yang melingkupi wacana, baik konteks situasi
maupun konteks budaya sebagai konteks eksternal wacana(external discourse
contex). Senada dengan uraian di atas, Saragih dalam Persfektif LFS (2006: 4)
dalam http://ratihadelesari.blogspot.com/2012/11, juga memaparkan bahwa konteks
merupakan wahana terbentuknya teks. Tidak ada teks tanpa konteks. Konteks
mengacu pada segala sesuatu yang mendampingi teks.
Menurut Kridalaksana dalam http://ratihadelesari.blogspot.com/2012/11, konteks merupakan ciri-ciri alam di luar bahasa; lingkungan/ situasi
tuturan berlangsung yang menumbuhkan makna pada ujaran; lingkungan
nonlinguistik dari wacana. Menurut Moelyono dan Soenjono dalam
http://ratihadelesari.blogspot.com/2012/11, konteks wacana dibentuk oleh berbagai unsur, seperti situasi, pembicara,
pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk, amanat, dan kode.
Unsur-unsur itu berhubungan pula dengan unsur-unsur yang terdapat dalam setiap
komunikasi bahasa, antara lain:
Latar : tempat dan waktu terjadinya
percakapan.
Peserta : peserta percakapan
yakni pembicara (penyapa) dan pendengar (pesapa).
Hasil : hasil dan tujuan
percakapan.
Amanat: bentuk dan isi amanat.
Cara : cara percakapan
dilakukan, dengan semangat, santai atau tergesa-gesa.
Sarana : penggunaan bahasa lisan atau tulis;
variasi bahasa yang digunakan.
Norma : perilaku peserta
percakapan.
Jenis : mengacu pada kategori
seperti sajak, teka-teki, kuliah, dan doa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konteks adalah segala sesuatu
yang melingkupi teks. Teks dan konteks merupakan sesuatu yang selalu berkaitan
dan tidak dapat dipisahkan. Makna yang terealisasi dalam teks merupakan hasil
interaksi pemakai bahasa dengan konteksnya, sehingga konteks merupakan wacana terbentuknya teks.
Macam-Macam Konteks Dalam
http://ratihadelesari.blogspot.com/2012/11
Secara garis
besar konteks dapat dipilih menjadi dua kategori , yakni konteks linguistik dan
konteks ekstralinguistik.
1.Konteks
linguistik
Konteks
linguistik merupakan konteks wacana atau lingkungan wacana yang berupa unsur
bahasa yang mencakup:
a.
Penyebutan depan.
Penyebutan
depan adalah lingkungan linguistik yang berupa bagian wacana yang disebut
terdahulu <perior-mention> sebelum bagian teks yang lain. Dari penyebutan
itulah status sebuah acuan <suatu yang dimaksudkan> dapat terwujud dan
dapat dikenali.
b.
Sifat kata kerja.
Kata kerja
digolongkan menjadi dua macam yaitu generik dan tak generik. Kata kerja generik
adalah kata kerja yang penggeraknya tidak dapat menjadi informasi lama , yakni
informasi yang tidak dapat disebut kembali dengan pemerkah definisi ini dan
itu. Sedangkan kata kerja tak generik yakni bendayang mengikutinya dapat
diikuti objek dan objeknya dapat disebut kembali dengan pemerkah definisi ini
dan itu.
c.
Kata kerja konteks.
Kata kerja
konteks adalah kata kerja yang ditambahkan pada kata kerja utama. Ada kata
bantu ...... <yang menunjukan sikap batin :
harus,pasti,mungkin,ingin,suka,mau dan sebagainya> sedangkan kata kerja bantu
aspek <yang menunjukan keberlangsungan kerja,sudah,akan,belum,baru dan
sebagainya>.
d.
Proposisi
positif.
Secara
sederhana proposisi dapat diartikan sebagai pertanyaan secara teknis dapat
diartikan sebagai konfigurasi makna yang terjadi dari hubungan antara unsur
sabjek dan predikat serta unsur-unsur yang lain dalam klausa atau kalimat atau
apa yang dikemukakan oleh penutur/penulis, atau tentang apa yang terungkap
dalam sebuah teks wacana.
2. Konteks ekstra linguistik
Macam-macam konteks ekstra linguistik
a.
Peranggapan
Peranggapan
adalah ungkapan yang sudah ada yang menjadi syarat bagi benar salah satunya
suatu kalimat . peranggapan itu merupakan (pengetahuan) landasan bersama
(camman ground) bagi pengguna bahasa. Stalnaker (Brown dan yule 1983) dalam http://ratihadelesari.blogspot.com/2012/11 menyatakan
bahwa peranggapan adalah apa yang dimiliki untuk dijadikan landasan bersama
partisipasi dalam komunikasi verbal.
b.
Partisipasi
Partisipasi
adalah orang yang berpartisipasi dalam peristiwa itu. Semua pelaku yang
partisipasi pada peristiwa itu disebut partisipan.
c.
Topik dan kerangka topik
Topik adalah
pokok isi sebuah wacana. Topik dalam sebuah wacana dapat dikenali dengan
pertanyaan, tentang apa yang di kemukakan oleh penutur/penulis, atau tentang
apa yang terungkap dalam sebuah teks wacana. Topik merupakan pengikat
satuan-satuan teks pembentuk wacana. Kalimat dalam teks juga harus berisi
informasi yang relevan dengan topik.
Dengan
menggunakan topik tertentu suatu interaksi dapat berjalan dengan lancar. Namun
dalam kehidupan sehari-hari apa yang disebut dengan topik sangat kompleks
sehingga para ahli wacana menamakannya dengan kerangka topik.
Kerangka topik
adalah topik besar atau topik atasan yang meliputi sejumlah topik bawahan.
Jadi, istilah topik dan kerangka topik diberlakukan manakala dalam teks
terdapat topik atasan dan topik bawahan.
d.
Latar
Latar (seting)
adalah konteks kewacanaan yang berupa tempat, waktu dan peristiwa. Konteks
tersebut sangat berpengaruh dalam penggunaan satuan unsur wacana. Sebuah
peristiwa berpengaruh dalam penggunaan tuturan dalam wacana. Dalam peristiwa
kecelakaan biasanya akan muncul kalimat-kalimat :
Apkah ada yang
meninggal?
Siapa yang
bersalah?
Bagian yang
ditanyakan juga bermacam-macam, bergantung pada perhatian penutur.
e.
Saluran komunikasi
Lisan dan tulis
itu merupakan saluran bahasa. Disamping itu bahasa juga digunakan secara
langsung (tanpa sarana/alat) atau juga secara tidak langsung(dengan
sarana/alat) dalam bahasa tulis, unsur isi diuyngkapkan lebih lengkap daripada
bahasa lisan.
f.
Kode
Istilah kode
digunakan dalam model ini dengan pengertian bahasa atau dialek beserta
ragam-ragamnya : ragam baku, ragam resmi, ragam akrab, ragam intim.
Anda tentu
bersikap dengan kesungguhan ketika anda mengikuti acara doa dituturkan dengan
ragam resmi, bahkan ada yang menggunakan ragam baku bahkan ragam yang tidak
dapat diubah. Anda sebagai peserta doa, lebih sering diharapkan pada satu
pilihan sahutan saja, yaitu “aamiin”, dan tidak boleh dengan kata lain
yang bersinonim setuju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar